#recycledpost #throwbackJul2014
Bosan jalan-jalan ke mall di Jakarta? Beberapa kerabat asal Korea yang saya kenal dan sempat di tinggal di Indonesia pernah mengatakan hal yang sama. Menurut mereka, ada terlalu banyak mall di Jakarta ("Those are for girls. They love shopping. How about us - the boys?") dan terlalu sedikit tempat wisata non-mall yang bisa dikunjungi saat weekend tiba.
Sebagai contoh, awal pekan ini saya dan keluarga menaiki KRL menuju Bogor. Pengalaman perdana saya sih sebenarnya, haha... Setelah dulu mencoba naik KA Argo Parahyangan ke Bandung, kini saatnya coba naik KRL ke Bogor! #yay #andthenorakgoeson #ups... Saya berangkat dari stasiun Sawah Besar yang arsitektur bangunannya kembaran sama Gambir (dan berbagai stasiun kereta lainnya di Jakarta), tapi beda warna. Kalau Gambir berdiri dengan warna hijaunya yang sangat menyolok, Sawah Besar warnanya seperti tales, cuma lebih soft gitu.
Begitu datang, kami segera menuju ke counter untuk membeli Tiket Harian Berjaminan. Fyi, harga tiket di-charge berdasarkan jarak stasiun yang Anda tempuh. Bogor ternyata adalah stasiun terakhir dari sekian banyak tempat pemberhentian kami sehingga kami pun dikenakan @Rp 4.500 dengan membayar jaminan Rp 5.000 (sebagai deposit dan akan langsung di-refund jika Anda claim ke counter dalam waktu maksimal 7 hari setelah tanggal pembelian). Tiket pun sudah di tangan, kini saatnya masuk ke stasiun dengan men-tap-nya pada pemindai kartu di mesin palang yang berjajar dengan rapi itu.
Saya pun menyusuri tangga dan menunggu KRL di Peron 2. Wuaaah.. libur begini (saat itu jam 8 pagi) suasana stasiun sepi banget, jauh dari suasana horror a.k.a. rame tingkat tinggi yang selalu saya dengar dari teman-teman penunggang KRL. Kosong samsek, asli! Setelah beberapa saat pun hanya tampak beberapa keluarga yang hendak mudik atau sekedar iseng jalan-jalan, misalnya saya sempat berbincang dengan sepasang suami istri yang sudah berumur dan hendak pergi lebaran berduaan ke Citayam yang jaraknya hanya 3 stasiun dari stasiun Bogor (anak-anak mereka sudah tinggal terpisah).
Di peron stasiun nampak pos security, jadwal kedatangan kereta, serta tempat nge-charge gratis. Ternyata ada beberapa KRL dengan perhentian akhir berbeda yang melewati peron saya (ada yang mentok di Manggarai, mentok di Depok, mentok di Bekasi, dan tentunya ada yang sampai ke Bogor), sehingga agar tidak salah naik, saat kereta tiba penumpang harus mendengarkan suara petunjuk dari speaker mengenai arah kereta.
Suasana di dalam lengang. Tempat duduk di kereta berhadap-hadapan seperti dalam TransJakarta namun seperti sofa yang menyambung jadi satu. Ada yang berwarna biru untuk tempat duduk reguler dan ada yang berwarna merah untuk tempat duduk prioritas. Di atas kepala juga ada tempat untuk menaruh barang. Karena sepi, senangnya kami (berempat) langsung dapat tempat duduk. Hanya saja di area tempat duduk kami ada kipas angin lagi hang-out di sono sehingga saat kipas angin mengarah ke kami langsung terasa dingin karena kencangnya angin.
Lama perjalanan dari Jakarta-Bogor yang sekitar satu setengah jam membuat saya sempat tertidur. Hoooahmm... KRL ini berhenti di berbagai stasiun membuat perjalanan ke Bogor terasa makin jauh. Mendengarkan musik atau radio bisa jadi opsi yang asik sambil menunggu diri ini tiba di Bogor. Sayangnya, suara speaker yang mengumumkan lokasi setiap kali KRL berhenti tidak terlalu jelas sehingga perlu sedikit mengira-ngira di stasiun mana KRL sedang berhenti. Papan rute yang ada di kereta pun font-nya kecil sekaliii sehingga sulit dibaca mata.
Lama perjalanan dari Jakarta-Bogor yang sekitar satu setengah jam membuat saya sempat tertidur. Hoooahmm... KRL ini berhenti di berbagai stasiun membuat perjalanan ke Bogor terasa makin jauh. Mendengarkan musik atau radio bisa jadi opsi yang asik sambil menunggu diri ini tiba di Bogor. Sayangnya, suara speaker yang mengumumkan lokasi setiap kali KRL berhenti tidak terlalu jelas sehingga perlu sedikit mengira-ngira di stasiun mana KRL sedang berhenti. Papan rute yang ada di kereta pun font-nya kecil sekaliii sehingga sulit dibaca mata.
Akhirnya sampai juga kami di Bogor. Areanya terbuka seperti Stasiun Bandung membuat udara terasa segar meski cuaca mulai panas. Suasana kuno begitu terasa ketika menjejakkan kaki di stasiun ini, antara lain tampak dari jam bulat yang tergantung di langit-langit serta pintu-pintu warna tembaga dengan ukiran yang cukup terperinci.
Setelah kaki ini lelah menghabiskan waktu di Taman Topi dan Kebun Raya Bogor (really worked my feet out... it was fun though, segeeer! ƪ(^⌣^)ʃ), sore harinya saya kembali ke stasiun yang sama untuk pulang ke Jakarta. Meski bagian sekitar rel kereta tampak jadul, area loket tiket nampak modern dan rapi. Saya men-top-up Tiket Harian Berjaminan yang saya beli di pagi hari dengan nominal yang sama: Rp. 4.500.
Hiks, ternyata di sore hari penumpang cukup banyak (namun tidak sampai empet-empetan) sehingga saya tidak mendapatkan tempat duduk dan harus berdiri selama hampir 1 jam... ( ̄□ ̄) KRL menjadi sepi setelah melewati stasiun Manggarai (kayak interchange gitu sih) dimana hampir sebagian penumpang turun di sana dan akhirnya saya bisa duduk kembali hingga tiba di Sawah Besar. Yaaa lumayan deh, paling nggak perginya sepi, hahaha.. lain kali coba lagi ah di liburan berikutnya naik KRL ke daerah satelit Jakarta lainnya! Happy holiday all!
ALOHA...!! KEMANA LAGI YA DI JABODETABEK? SIMAK ULASAN BERBAGAI PILIHAN TEMPAT WISATA DI JABODETABEK DI DAFTAR ISI JELAJAH JABODETABEK!
2 comments
Malam.. mo tanya setelah dr stasiun KRL nya itu kalau mau jalan2 k tempat wisatanya naik apa ya kak?
Hi there, karena tidak bawa mobil waktu itu saya hanya jalan kaki dan naik angkot ke tempat sekitar yang dekat saja seperti Taman Topi, Pasar Anyar, dan Kebun Raya Bogor. Mungkin agan bisa coba naik Grab Car atau Uber kalau mau ke tempat jauh :)
EmoticonEmoticon