#recycledpost #throwbackNov2014
Nyok kite ke Jakarte! Ade ape ye di Jakarte? Yang pasti mampir ke Jakarta, serasa nggak kumplit kalau nggak mampir ke landmark-nya jua: Monumen Nasional alias Monas. Sebagai penghuni Jakarta, sudah sering sekali saya datang ke sini. Maklum tempat tinggal saya yang juga ada di Pusat membuat saya harus melewati area dimana tugu kebanggaan Ibukota ini berdiri tiap kali harus ngampus dan ngantor (which means nearly every day). Setelah beberapa bulan tidak ke sini (sebelumnya saat Pagelaran Agung Keraton se-Dunia), saya jadi ingin tahu apakah ada sesuatu yang baru di Monas. Ngapain aja ya, di sini? Let's take a look around!(Note: cerita wisata saya ke Monas akan saya bagi jadi dua bagian, yakni Part A tentang Kawasan di Luar Tugu Monas dan Part B tentang Tugu Monas)
First thing first, jam berapa Monas buka? Beware, dear tourists and you might as well tell your relatives! Ternyata tugu Monas tidak dibuka setiap hari. Anda yang pertama kali jauh-jauh datang dari luar kota atau luar negeri mungkin akan kecewa jika datang di hari Senin karena tugu Monas tutup dan kawasan di luarnya hanya dibuka sebentar saja.
Berikut adalah jam kunjungan Monas sebagaimana tertera pada papan pengumuman resmi yang ada di salah satu gerbang Monas:
(1) Kawasan Monas dibuka setiap hari Selasa sampai Minggu/Libur mulai dari jam 4 pagi hingga 8 malam, sedangkan di hari Senin mulai dari jam 4 pagi hingga 10 pagi;
(2) Tugu Monas dibuka setiap hari Selasa sampai Minggu/Libur mulai dari jam 8 pagi hingga 3 sore; sedangkan pada hari Senin, tugu Monas ditutup. Memasuki area Monas dari gerbang di seberang Istana, terhampar jalanan yang luas bin kosong alias bebas dari mobil dan motor yang berseliweran: suatu pemandangan yang langka dan mewah bagi rakyat yang sudah terbiasa dengan kesibukan dan kebisingan kota Jakarta. Udara segar bercampur bau embun yang masih kental di pagi hari terasa begitu fresh bak semerbaknya wangi secangkir kopi Arabika yang baru selesai di-brew. Di kiri kanan jalan nampak sejumlah hal yang menarik perhatian mata, seperti Mobil Toilet yang berbayar (warna abu) dan gratis (warna orange), panggung acara musik "Inbox" yang sedang di-set untuk syuting esok hari, serta deretan bus tingkat "Wisata Keliling Ibukota" yang sedang ngetem.
Karena tempat ini adalah Taman Kota, maka di sini pengunjung bisa menemukan banyak tanaman, meskipun tidak serimbun yang saya bayangkan, tapi cukup asri sih. Kata mama saya, dibandingkan belasan tahun yang lalu, Monas sekarang sangat rapi. Tanamannya tampak terawat. Selain itu ada juga sejumlah rumah burung yang punya 15 pintu per rumahnya (banyak burung dekat area tersebut!).
Ada juga label pada pohon-pohon yang menjulang tinggi di tempat ini, misalnya Palem Raja yang punya nama keren Roystone regia. Oh ya, ada pohon yang bentuknya lucu lho, mirip-mirip cemara jangkung gitu, dimana batangnya satu tapi puncaknya ada dua atau tiga. Selain itu ada papan Peraturan Taman Kota segala, yang by common sense seharusnya pengunjung sudah tahu, tapi pada praktiknya... gitu deh (apalagi yang nomer 3, masih buanyak PKL di sini).
Salah satu alasan kenapa Monas ngetop gitu, tentunya karena areanya yang luas, sangat asik buat berolahraga seperti jogging atau ... bersepeda! Seperti di Kota Tua, ternyata di Monas ada juga jasa penyewaan sepeda (tapi saya nggak tahu ini termasuk kategori PKL yang illegal atau nggak), mulai dari sepeda biasa, sepeda tandem berdua, sepeda tandem bertiga, sepeda dengan baterai, hingga sepeda motor mini.
Harganya pas saya tanya (tapi ini keliatan masih bisa ditawar sih, apalagi waktu lagi sepi): untuk sepeda biasa 15 ribu rupiah (per 30 menit), sepeda baterai 30 ribu rupiah (per 30 menit), sepeda tandem-dua (20 ribu rupiah per 30 menit), sepeda tandem-tiga (30 ribu rupiah per 30 menit), dan sepeda motor mini (20 ribu rupiah per 15 menit). Tidak jauh dari tempat ini, berjajar banyak sekali stand pameran yang bertemakan "Pengembangan Usaha Pedesaan".
Oh yaaa, ada sejumlah patung dan kolam agak besar di Monas. Itu sebabnya Monas sering jadi salah satu tempat checkpoint buat anak-anak muda yang mengadakan games macam Amazing Race gitu. Salah satunya Bapak Moh. Husni Thamrin yang namanya populer karena dijadikan nama jalan protokol di Jakarta, which is jalanan tempat salah satu wing Monas itu sendiri berada. Ternyata Beliau tutup usia pada umur yang cukup muda lho, tidak sampai lima puluh tahun!
Isi tulisan di bawah patung berbunyi sangat keren dan dengan adanya Kabinet Kerja saat ini, saya harap kini kita sudah selangkah lebih dekat lagi untuk mewujudkannya: "MOH. HUSNI THAMRIN; 1894 - 1941; Setiap Pemerintah harus mendekati kemauan rakyat; Inilah sepatutnya dan harus menjadi dasar untuk memerintah. Pemerintah yang tidak memperdulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat."
ALOHA...!! KEMANA LAGI YA DI JABODETABEK? SIMAK ULASAN BERBAGAI PILIHAN TEMPAT WISATA DI JABODETABEK DI DAFTAR ISI JELAJAH JABODETABEK!
EmoticonEmoticon