#throwbackDec2014
Setelah kelar keliling Wat Pho, tentu Anda nggak ingin melewatkan mampir ke Wat Arun yang terletak di sisi yang lain dari tepi sungai Chao Phraya, atau tepatnya harus menyeberang sungai dari Wat Pho. Guess what, candi yang satu ini, gambarnya dapat ditemukan di salah satu sisi koin 10 Baht Thailand. Makanya jadi sangat iconic dan sering muncul di iklan tentang wisata ke Bangkok. Hari yang terik though, mandi sinar matahari!
Saya pergi ke sana dengan menaiki kapal ferry kecil ini dari Tha Thien Pier, bukan pakai Chao Phraya Tourist Boat yang saya naiki saat menuju ke Wat Arun. Harga tiket kapalnya 3 Baht saja (1 Baht sekitar Rp 400). Lokasinya sangat dekat dari Wat Pho, sehingga hanya perlu beberapa menit saja untuk sampai ke sini. Kapal dipenuhi wisatawan asing. Tampak bagian atas kapal dilengkapi dengan pelampung keselamatan. #safetychecked
Sampai sampai! Saya disambut dengan sejumlah penjual baju dan makanan. Pikir punya pikir belanjanya nanti saja. Selain mengejar waktu supaya bisa mampir ke tempat lain, di dekat pintu keluar temple juga ada deretan penjual baju. Daripada ribet bawa-bawa belanjaan pas mendaki candi. So... lanjut! Jalan sedikit lagi, dan wuah, sudah kelihatan stupa raksasa Wat Arun. Tinggi sekali nampaknya.
Saatnya masuk. Melewati pintu gerbang, ada dua patung yang ukurannya cukup besar. Kabarnya dua patung ini berasal dari cerita Hindu "Ramayana" yang bernama Sahassateja (patung putih di kanan) dan Tasakanth (patung hijau di kiri).
Wat Arun dapat dimasuki pengunjung setiap hari dari jam 8 pagi hingga jam 6 malam. Penting nih untuk tahu jam bukanya, supaya Anda bisa arrange mau mengunjungi tempat wisata mana dulu di Sungai Chao Phraya. Misalnya kayak Grand Palace yang tutup di jam 3.30, lebih pagi dari Wat Arun. Biar nggak rugi kaan, karena tiket Chao Phraya Tourist Boat (kalau Anda naik ini) cuma berlaku satu hari (One Day River Pass seharga 150 Baht). Kecuali kalau Anda allocate waktu 2 hari untuk main-main ke semua tempat yang ditawarkan One Day River Pass.
Tiket masuk Wat Arun seharga 50 Baht. Pada tiket tertera profile singkat dari Wat Arun. Nama lengkapnya Wat Arun Rajwararam yang artinya The Temple of Dawn (Candi di Kala Subuh). Keren, yah, namanya kalau pakai Inggris, hehe. Dikatakan bahwa Royal Temple ini adalah landmark Thailand yang sangat elegan dan didedikasikan untuk masa pemerintahan kedua dari Dinasti Chakkri.
Taraaa..! Ini dia Wat Arun dari dekat, pagoda Bangkok rasa Khmer (alias Kamboja). Ada satu stupa besar di bagian tengah yang dikelilingi oleh sejumlah stupa kecil di bagian lainnya. Saat saya datang sedang ada renovasi besar-besaran, sehingga kurang cantik kalau kompleksnya di foto full view. Berita di internet bilang renovasinya sampai 2016 lhoo. Fyi, di dekat stupa ada satu patung Buddha yang memegang semacam mangkok gitu yang berdiri agak tinggi dimana sejumlah wisatawan mencoba lempar koin ke sana.
Tahu nggak apa yang bikin candi ini keren? Patung dengan pose menggotong undakan di atasnya. Dan ini ada di beberapa tingkat ketinggian sampai ke atas. Jadi candi ini bisa berdiri, kesannya karena kumpulan patung di tingkat bawah menggotong kumpulan patung di tingkat atasnya. You know, kayak grup cheerleader yang berdiri vertikal bentuk segitiga. Ho! Konsep yang kreatif. Belum lagi detail ornamennya yang sangat rinci. Dan oh ya... Notice nggak lampu di gambar? Yup, Wat Arun ini jadi keren pisan di sore hari ketika lampunya dinyalakan. Warnanya keemasan sebagaimana digambarkan Mbah Google.
Horeee, ayo kita naik tangganya. Waittt... Serius ini curam banget. Tapi level ini biar bikin jantung cenat cenut masih bolehlah, karena yang paling maknyus ada di tangga tingkat atasnya lagi. Sebelum lanjut ke tangga paling atas ada ruang gerak kecil untuk bisa foto-foto dengan pemandangan sekitar. Puas ambil foto, saya pun lanjut naik ke atasnya lagi.
Glek... #nelenludah. Naik nggak yah, naik nggah yah... Nyali jadi ciut lihat tangga yang lebih curam lagi ke puncak. Mikir 5x mau naik apa kaga. Soalnya 'kan ane cuma bawa bodi, gak pake safety tool apa-apa. Tapiii... sayang ah, kalau nggak naik. Jadi naiklah saya. Seperti para wisatawan lainnya, saya pun berpegangan dua tangan ke handrail di kiri kanan. Biarpun deg-degan, semua orang naik dengan penuh senyuman, terkadang disertai jeritan kecil, karena ngeri itu pangkal seru 'kan. Sambil naik sambil mikir, matilah turunnya gimana. Naiknya aja udah bikin kaki lemes gemeteran.
Pemandangan dari ketinggian cukup bagus. Tapi pemandangan yang lebih menarik adalah ketika melihat wajah para turis yang tengah berada di tangga untuk naik ke atas. Semua naik dengan hati-hati dan sangat pelan sambil erat-erat pegang pegangan tangga. I feel you, Sir and Mam, tapi izin ngakak ya hahaha, soalnya lucu banget ekspresi muka dan gesture kalian. Pasti tadi saya juga selucu itu pas naik, heh. Makanya, more than the scenery, ai lihat yang bikin wajah-wajah turis mancanegara itu sumringah adalah keberhasilan setiap mereka (dan saya, wkwk) untuk mengerahkan keberanian buat menyeret sepasang kaki ini sampai di puncak.
Saatnya turun tangga adalah saat paling tak dinanti. Habisnya serem booo pas nengok ke bawah. Maka sebagian turis turun tangga dengan gaya mundur. Sebagian lagi turunnya gaya suster ngesot, alias duduk di anak tangga, lalu seret-seret bagian bawah badan untuk turun dalam posisi duduk ke anak tangga di bawahnya. Ada juga tentunya yang cukup berani untuk turun dengan gaya wajar.
Tidak jauh dari pintu keluar ada tempat beli oleh-oleh, seperti kaos, tas, topi, pajangan, perhiasan, dsb. Menariknya, ada beberapa penjual yang menggunakan papan bertuliskan bahasa Indonesia, seperti "Semua Sablon Putih", "Kaos Hitam Warna", dan "Anak-anak Setel". You might want to do a mini research first though, sebelum ke sini soal berapa harga oleh-oleh yang wajar, supaya tidak kemahalan, siapa tahu ada tempat wisata lain yang jual jauh lebih murah.
Naah.. tidak jauh dari tempat masuk di awal banget tadi (nggak jauh dari pier-nya), ada sebuah kios yang menawarkan jasa penyewaan kostum tradisional Thailand. Saya lupa harga persisnya, tapi antara 100-200 Baht. Dengan harga ini Anda bisa (1) menyewa baju Thailand lengkap dengan aksesorisnya, (2) guide akan membantu Anda mengambil foto dengan kamera Anda; (3) guide akan memberitahu spot foto yang paling bagus dan mengarahkan gayanya supaya ala-ala Thailand gitu, sekitar 5 gaya kalau tidak salah. Di luar itu, saya diperbolehkan mengambil foto sepuasnya dengan gaya suka-suka, tapi bukan guide-nya yang foto (saya minta tolong kakak saya untuk ambil foto)
Dan saya pun lupa kalau topi berbentuk pagoda alias headpiece tradisional Thailand itu beratnya lumayan banget. Dengan penuh gaya, saya loncat yang tinggi dan... nyariiis aja headpiece itu melayang ke tanah. Sukses bikin sang empunya kios dan guide yang mengawasi saya menjerit dengan slow motion, "Nooo..!!". Untung ketangkep. Hahaha...
EmoticonEmoticon