26/12/2015

Jelajah Jabodetabek #15 - Diorama Laut Keren di Museum Bahari ("Tersembunyi" Loh!!) dan Aneka Koleksi Perahu

Wuoh. Nggak nyangka. Tempat ini punya koleksi yang keren (modal penting, nih). Tempat ini punya potensi wisata yang besar, yang saya yakin turis akan suka mengunjunginya, jika pihak pengelola keluarkan more effort untuk buat suasananya jadi enak (vs sekarang yang serasa uji nyali). Dan merenovasi bagian-bagian yang terlalu usang dan reyot. Dan merancang tata letak koleksinya dengan lebih strategis, agar bagian indoor-nya nggak terasa "biasa saja", lebih jelas directory ruangannya, serta terasa mengalir alur pamerannya.

Adalah Museum Bahari yang terletak di area Penjaringan, Jakarta Utara. Bangunan ini pertama kali didirikan pada tahun 1652 oleh VOC. Fungsinya adalah sebagai gudang, dan dalam perjalanannya telah beberapa kali berganti stakeholder mulai dari gudang VOC, gudang logistik tentara Jepang, gudang PLN dan PTT, hingga kemudian dipugar oleh Pemda DKI Jakarta pada tahun 1976 dan ditetapkan sebagai Museum Bahari pada tanggal 7 Juli 1977.

Sebelum masuk ke sini, Anda bisa membeli tiketnya di loket yang terletak dekat Menara Syahbandar, kira-kira 100 meter dari Pintu Masuk Museum ini (simak info Harga Tiket dan Jam Buka Museum Bahari di sini). Tanpa banyak basa-basi lagi (karena saya mau banyak basa-basi di bawah, hehe), ada apa saja di Museum Bahari? Cekidot hasil perantauan ane ke sini (per 24 Des 2015) - tanpa pakai pemandu yah (soalnya harus bayar tambahan untuk pemandu, hehe, #pelitmodeon):




Keluar dari kompleks tempat beli tiket, saya pun berjalan belok ke kanan sebagaimana diarahkan oleh petugas yang ada. Di sepanjang jalan nampak sederet tenda merah yang menaungi lapak-lapak PKL.



Sambil berjalan menuju ke museum, di sisi kiri nampak banyak kios. Ooh, ternyata area ini adalah Pasar Ikan Luar Batang. Kalau lihat dari Google Maps, banyak Usaha Daerah (UD) di wilayah ini. Barang dagangan cukup variatif, mulai dari perlengkapan qosidah, ragam perlengkapan untuk nelayan, tali tambang, hingga cetakan kue looh, dan banyak lainnya.



Sampai juga! Ini dia tampak depan pintu masuk Museum Bahari. Masuk yuu, brosis!



Begitu masuk, saya langsung menuju salah satu ruang pameran. Ada deretan meriam. Meriam oh meriam, dirimu ada dimana-mana. Lalu ada peta ketika Jakarta masih disebut Batavia. Juga ada beberapa maket (contohnya maket Pelabuhan Banten Abad 17-18). Yang juga notable adalah lirik lagu "Nelayan Selat Madura" yang diukir (kah?) ke tembok.



Anyway, cukup sesuatu ya liat gedung ini ditopang oleh balok kayu yang tebel-tebel. Jadi jaman dulu begitu yah? Barang lain yang ada di sini, misalnya replika perahu Phinisi Nusantara, ikan-ikan yang diawetkan (perlu ditambah lagi nih, koleksi awetannya), baling-baling perahu, tali tambang kuno dan bagian jangkar (kah?), dsb. Ada juga yang terdengar antik seperti "Paku Peringatan 100 Tahun Trans Canada".



Ada replika perahu dan jembatan yang dijual juga loh.



Di ruang pameran lain, ada perahu. Psstt... Kali ini bukan replika, tapi yang beneran, kira-kira yang ukurannya kecil-sedang gitu.



Di ruang tersebut, ada juga sejumlah perlengkapan yang keliatannya sudah berumur. Misalnya ada beberapa perlengkapan untuk membuat kano.



Kalau yang ini replikanya KRI Macan Tulus, kapal yang penuh nilai sejarah. On a side note, entah kenapa lampu di ruang pameran tidak dinyalakan. Meski masih tertolong karena ada cahaya matahari yang masuk, tapi nuansanya masih agak redup gitu, ditambah lagi ruangannya sepi senyap dan langit-langitnya rendah, bikin suasana jadi ngeri-ngeri sedap, alias creepy.



Tapi yang bikin makin dag dig dug, di tembok di sudut ruangan digantung sejumlah pas foto close-up. Ada yang tampak jadul, ada yang terlihat lebih baru. Sebetulnya idenya menarik (masih terkait "bahari", karena tentang TNI AL) dan sangat baik untuk mengenal dan menghargai jasa pemimpin dan pahlawan kita di masa lalu. Tapi kalau lagi sepi pengunjung, efeknya jadi gimana gitu ya.



Persis di sebelah deretan foto "Pahlawan Nasional dari TNI AL" tersebut, ada tangga menuju ke lantai 2. Tampilan temboknya kurang terawat, dan letaknya yang ada di sudut serta tanpa petunjuk apa-apa, mungkin bisa membuat orang enggan untuk menaikinya. Tapi siapa sangka, apa yang ada di atas sana ternyata beda banget sama ruang-ruang pameran yang lain. Lanjut gan!



Woooh! Ada diorama legenda laut yang keren. Patung-patungnya seukuran manusia pula (vs aneka diorama Monas yang mini-mini). Sayang sekali kalau ada turis yang nggak jadi naik ke sini, hanya karena jalan menuju ke lantai 2 ini agak bikin merinding (soalnya waktu saya datang, nggak ada pengunjung lain), serta petunjuk arahnya sangat minim. Ada beberapa orang yang mungkin akan bela-belain ke luar negeri dan bayar tiket mahal untuk melihat dan berfoto dengan diorama seperti ini. Sedangkan museum ini tiketnya hanya max Rp. 5.000.



Bagian awal dari diorama ini menampilkan adegan berbagai Legenda Laut Internasional. Saya nggak terlalu perhatiin label-nya, tapi kalau dari look-nya ada musuh Jack Sparrow loohh, yaitu Davy Jones lengkap sama Flying Dutchman, lalu ada Dewa Zeus, Putri Duyung, dsb.



Oh ya. Sebetulnya ada penjelasan berbentuk buku petualang di tiap adegan. Kerennya lagi nih, ada beberapa yang diorama yang punya sound dan lighting effect-nya loooh... Serius ini tombolnya abis dipencet, ada delay gitu sebelum suaranya keluar. Bikin kaget dan jantungan pas suaranya tiba-tiba keluar. Ada juga yang disertai tayangan video di tembok.



Di ruang pameran selanjutnya ada diorama berbagai Legenda Laut Nusantara alias domestik. Ada adegan Bima dan Dewa Ruci, Malin Kundang, Pesut Mahakam, dsb. Coba semua diorama ini ada di lantai 1, biar nggak ngumpet-ngumpet amat, bisa hits diserbu turis ini.



Kalau lanjut lagi, ada ruangan berisi foto-foto pahlawan. Tapi saya nggak lanjut lagi karena sempat was-was soalnya lantai kayunya agak bunyi-bunyi gitu pas diinjak. Jadi takut umur kayunya sudah tua dan kurang kuat (harusnya sih nggak apa-apa karena balok-balok kayu penahannya tadi sangat tebal, saya-nya aja yang parno, hehe). Eits, tapi ada sebuah blog yang membahas (link-nya ada di sini) bahwa ada dua ruangan diorama lainnya yang sangat menarik (Senja di Sunda Kelapa dan Legenda Navigator Dunia), serta masih ada lantai 3 yang berisi alat-alat maritim dan aneka replika perahu yang tidak jadi saya sambangi.



Akhirnya saya pun turun ke lantai 1 dan masuk ke gedung yang lain. Ternyata ada gedung yang menampilkan perahu-perahu beneran lagi, kali ini ukurannya kebanyakan lebih besar dibanding yang tadi. Tapi perlu dirapiin lagi nih, karena ada beberapa benda yang berantakan dan berdebu. Anyway, dipikir-pikir Museum Bahari ini komplit juga koleksi perahunya: ada yang replika, ada yang ukuran kecil-sedang, ada yang ukuran besar juga. Kalau mau lihat lebih besar lagi, mampir aja ke Pelabuhan Sunda Kelapa sekalian. Hahaha..



Bagian outdoor juga bisa jadi lokasi foto-foto yang menarik, karena kesannya kolonial gitu. Jendelanya ada yang ada di atas dan di bawah, keliatan sisi "lampau"-nya gitu. Selain itu ada pula area kosong di tengah yang cukup luas dan nampak bisa diberdayakan untuk membuat acara atau aktivitas yang menarik oleh pengelola.


Betul-betul sebuah museum yang punya banyak potensi wisata. Semoga ke depannya bisa makin dibenahi supaya customer experience-nya jadi maksimal. Sayang 'kan, it could have been so much more, apalagi kalau Indonesia mau jadi poros maritim dunia. Tempat ini butuh lebih banyak exposure media. ♥(´⌣`ʃƪ)


ALOHA...!! KEMANA LAGI YA DI JABODETABEK? SIMAK ULASAN BERBAGAI PILIHAN TEMPAT WISATA DI JABODETABEK DI DAFTAR ISI JELAJAH JABODETABEK!


EmoticonEmoticon