Dengan segala hormat, perkenankanlah saya membagi artikel ini ☺. Sekian lama tinggal di Jakarta, saya belum pernah masuk ke Masjid Istiqlal, padahal jaraknya dekat sekali dengan rumah saya. Hari lebaran kemarin akhirnya saya mampir ke sini setelah melihat ada sejumlah wisatawan mancanegara masuk ke dalamnya. Menurut info Mbah Google, Masjid ini ternyata dibuka untuk masyarakat umum, termasuk yang non-Muslim, asalkan pengunjung berpakaian sopan dan menaati aturan yang berlaku.
Saya pun masuk ke dalamnya dan terkagum-kagum dengan arsitekturnya yang begitu menawan. Really appreciate this chance dimana saya boleh masuk dan mengenal lebih jauh lagi bangunan yang menjadi icon kebanggaan Indonesia ini. Suasana yang khusuk dalam balutan kemegahan bangunan ini membuat saya teringat akan hidup manusia yang sementara dimana akan datang hari dimana kita 1-per-1 akan pulang dan bertemu muka dengan-Nya. Selamat hari raya Idul Fitri!
Berdiri di hadapan saya Masjid Istiqlal. Karena saya datang setelah jam makan siang, maka sudah tidak nampak keramaian yang diberitakan berbagai media terjadi saat jam Shalat Ied.
Sungai Ciliwung yang ada di kompleks Masjid ini.
Papan petunjuk area fungsional, fasilitas umum, dan pintu apa saja yang ada di Masjid Istiqlal. Ternyata kompleks Masjid ini luas sekali ya.
Inilah pintu masuk Masjid Istiqlal. Nampak beberapa orang asing sedang menerima arahan dari petugas setempat. Beberapa Ibu menawarkan kantong plastik hitam kepada saya untuk membungkus alas kaki (karena kalau ditinggal di pekarangan Masjid takut hilang) dengan bayaran sukarela.
Sebuah tangga menyambut saya yang saya sambut kembali dengan menaikinya.
Selepas menaiki tangga, di sisi kanan nampak sebuah lorong dan papan penunjuk waktu shalat (Imsak, Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya).
Di sisi kiri ada koridor yang arsitekturnya sangat menawan.
Di sini juga terdapat teras yang sangat luas yang lantainya dilapisi oleh keramik berwarna bata. Nampak menara Istiqlal yang biasanya saya hanya lihat dari kejauhan, sekarang sedekat ini.
Sudut yang lain dari teras ini. Kalau diperhatikan susunan keramik lantainya seperti karpet shalat yang berderet rapi.
Wuah, keren ya. Kolom-kolom vertikal ini berdiri dengan gagahnya dengan diselingi susunan lubang-lubang yang sepertinya terbuat dari baja tipis.
Di beberapa sudut tersedia kotak Infak untuk yang mau bersedekah.
Lorong atau koridor lainnya yang ada di Masjid ini.
Jika dilihat dari balkon di lantai 2, ini dia suasana di aula utama yang seluruh lantainya ditutupi dengan karpet merah. Ada 12 pilar silinder yang dilengkapi dengan rak, sejumlah buku (sepertinya Al-Qur'an) dan layar LCD.
Wuaaah, mempesona sekali... Pada aula utama ada kubah raksasa yang berwarna keemasan dan di sekeliling bagian bawahnya terdapat kaligrafi dalam bahasa Arab.
Jika diperhatikan, gedung ini betul-betul punya kapasitas jamaah yang besar untuk beribadah bersama-sama. Selain lantai dasar di aula utama, masih ada empat lantai lagi di atasnya, loh. Seluas ini sepertinya bisa menampung hingga puluhan ribu orang.
Berdiri di hadapan saya Masjid Istiqlal. Karena saya datang setelah jam makan siang, maka sudah tidak nampak keramaian yang diberitakan berbagai media terjadi saat jam Shalat Ied.
Sungai Ciliwung yang ada di kompleks Masjid ini.
Papan petunjuk area fungsional, fasilitas umum, dan pintu apa saja yang ada di Masjid Istiqlal. Ternyata kompleks Masjid ini luas sekali ya.
Inilah pintu masuk Masjid Istiqlal. Nampak beberapa orang asing sedang menerima arahan dari petugas setempat. Beberapa Ibu menawarkan kantong plastik hitam kepada saya untuk membungkus alas kaki (karena kalau ditinggal di pekarangan Masjid takut hilang) dengan bayaran sukarela.
Sebuah tangga menyambut saya yang saya sambut kembali dengan menaikinya.
Selepas menaiki tangga, di sisi kanan nampak sebuah lorong dan papan penunjuk waktu shalat (Imsak, Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya).
Di sisi kiri ada koridor yang arsitekturnya sangat menawan.
Di sini juga terdapat teras yang sangat luas yang lantainya dilapisi oleh keramik berwarna bata. Nampak menara Istiqlal yang biasanya saya hanya lihat dari kejauhan, sekarang sedekat ini.
Sudut yang lain dari teras ini. Kalau diperhatikan susunan keramik lantainya seperti karpet shalat yang berderet rapi.
Wuah, keren ya. Kolom-kolom vertikal ini berdiri dengan gagahnya dengan diselingi susunan lubang-lubang yang sepertinya terbuat dari baja tipis.
Di beberapa sudut tersedia kotak Infak untuk yang mau bersedekah.
Lorong atau koridor lainnya yang ada di Masjid ini.
Jika dilihat dari balkon di lantai 2, ini dia suasana di aula utama yang seluruh lantainya ditutupi dengan karpet merah. Ada 12 pilar silinder yang dilengkapi dengan rak, sejumlah buku (sepertinya Al-Qur'an) dan layar LCD.
Wuaaah, mempesona sekali... Pada aula utama ada kubah raksasa yang berwarna keemasan dan di sekeliling bagian bawahnya terdapat kaligrafi dalam bahasa Arab.
Jika diperhatikan, gedung ini betul-betul punya kapasitas jamaah yang besar untuk beribadah bersama-sama. Selain lantai dasar di aula utama, masih ada empat lantai lagi di atasnya, loh. Seluas ini sepertinya bisa menampung hingga puluhan ribu orang.
EmoticonEmoticon