Sama seperti artikel sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat, kindly please let me share some pics dari kunjungan saya ke Gereja Katedral. Hari itu adalah kali pertama saya datang ke sini setelah sekian lamanya tinggal di Jakarta. Seperti Masjid Istiqlal yang letaknya hanya one zebra-cross away dari rumah ibadah ini, Gereja Katedral juga memiliki arsitektur yang amat mempesona dan menjadi salah satu landmark kebanggaan Ibukota.
Grateful for the chance to enter the building and have a moment to take a look at its inside. Soli Deo Gloria! #throwbackJul2016
Bagian luar gedung sungguh mengingatkan saya pada bangunan di Sydney yang memang sama-sama kental dengan gaya Eropanya. Menurut Wikipedia, Gereja ini dibangun dengan arsitektur Neo-Gothic, yaitu arsitektur yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu. Suka sekali dengan desain arsitektur Gereja ini, termasuk nuansa abu-abu yang melekat pada eksteriornya, serta juga khususnya bentuk atap menara kiri dan kanannya yang seperti kastil.
Di pintu utama Gereja ada patung Bunda Maria. Sedangkan di pekarangan depan Gereja dapat pula ditemukan patung Kristus Raja.
Ini adalah tampak bangunan dari sisi yang lain. Turut hadir beberapa turis mancanegara yang membawa kamera bongsor untuk mengabadikan wajah Gereja Katedral Jakarta ini.
Di sisi yang lain terdapat pintu yang megah dengan gagang yang cantik. Frame dinding pintu yang berundak dan di-top-off dengan atap segitiga pada frame terluarnya membuat pintu semakin terkesan gagah.
Salah satu daun pintu lain yang ada di Gereja ini.
Bagian dalam Gereja memiliki desain yang tidak kalah menawan: langit-langit yang tinggi, bentuk bukaan balkon lantai dua yang runcing pada kepalanya (istilahnya "lancet window" dalam bahasa Inggris), pilar-pilar penyangga dengan ornamen dekoratif di sudut-sudut atasnya, bentuk setengah lingkaran yang menjadi penghubung antar pilar, dan lainnya.
Desain langit-langitnya unik dan terbuat dari kayu.
Kursi jemaat yang terkesan tradisional karena selain dari kayu, juga terbuat dari anyaman rotan pada sandaran dan alas kursinya.
Suasana ruang aula secara keseluruhan, dilihat dari posisi yang menghadap ke arah mimbar dan altar utama.
Terdapat dua buah altar lainnya (salah satunya di gambar kiri) dan sebuah orgel ukuran besar (gambar kanan) yang terdiri dari 15 register dengan 1000 pipa di salah satu sudutnya.
Perangkat atau furniture lainnya yang ada di Gereja ini.
Terdapat pula seri lukisan Jalan Salib yang dibuat pada ubin di dinding.
Terdapat sebuah monumen yang terbuat dari granit hitam untuk memperingati jasa Komisaris Jendral Du Bus de Ghisignies untuk mendapatkan tanah di pojok Lapangan Banteng ini bagi ibadat umat Katolik (sumber info: katedraljakarta.or.id). Penjelasan ini juga dapat ditemukan pada tembok Gereja (disebutkan benda ini termasuk dalam Museum Katedral).
Terdapat sebuah batu pualam pada salah satu tembok yang bertuliskan teks dalam bahasa Latin yang disebut "Batu Peringatan D.O.M.".
Perangkat lainnya yang ada di Gereja ini. Pada tembok terdapat batu pualam bertuliskan nama arsitek Gereja ini yaitu Marius Hulswit, dan tahun pendirian Gereja, yaitu 1899-1901.
Di bagian luar juga ada tempat untuk berdoa. Kicauan burung yang saling bersahutan membuat suasana yang sudah khusyuk terasa semakin damai dan tenang.
Yang menarik dan inspiratif, ada tempat sampah khusus untuk gelas dan botol minum yang tersebar di beberapa sudut pekarangan Gereja. Mungkin untuk memudahkan recycle atau proses pembuangannya nanti.
EmoticonEmoticon