Menengok balik ke triwulan terakhir di tahun 2016, tepatnya pada bulan sembilan, bulan dimana semua orang sibuk nikahan sedangkan saya masih sibuk makan, lolll, bersyukur banget saya kembali diberkahi dengan kesempatan untuk nge-backpacker lagi. Kali itu cukup spesial karena perginya borongan ke beberapa destinasi wisata sekaligus, yaitu Macau, HongKong, serta Taipei dan Taichung di Taiwan, dimana saya sempat pula transit di Kuala Lumpur saat pergi dan bermalam di Singapura dalam perjalanan pulang ke Indonesia, menjadikan penjelajahan saya kali ini salah satu yang terpadat dan paling makan tempat di halaman paspor kecilku itu.
Karena itu... time for a new Jelajah series! Saatnya berubah wujud jadi jurnalis musiman. Liputan liburan kali ini akan saya pecah menjadi 3 seri, yaitu Jelajah Macau, Jelajah Hong Kong dan Jelajah Taiwan. Dan karena judulnya "backpacker", maka akomodasi, transportasi dan itinerary-nya adalah versi hemat bin ngirit (biar nggak jebol kantong anak muda ini karena pergi 11 hari ke 5 area berbeda), tapi tetap padat, manusiawi (penting nih wkwkwk...), dan menyenangkan. Moga-moga ada info yang bermanfaat untuk sampeyan yak. Soo, ayo kita mulai ngebolang dari Macau :) #throwbackSept2016
Ihik... di bandara ada sebuah poster besar yang berisi peringatan dari kepolisian agar wisatawan berhati-hati terhadap pencuri saat berada di ruang publik, seperti kantin, toko, dan bus. Ternyata mirip-mirip di Jakarta gitu harus mawas diri...
Fyi, ada dua mata uang yang bisa dipakai di Macau, yaitu MOP (Macanese Patacas) dan HKD (HongKong Dollar). HKD harganya sedikit lebih mahal dibandingkan MOP. Sebagai gambaran, info kurs Google Finance saat artikel ini ditulis yakni 1 HKD = Rp 1.719,64 sedangkan 1 MOP = Rp 1.668,54. Namun menurut penjual valas langganan saya, tidak banyak orang yang menjual MOP di Indonesia, sehingga ia menyarankan untuk membeli HKD saja, selain agar tidak susah menukarnya jika ternyata tidak terpakai semua, HKD bisa sekalian kami pakai di HK juga.
Bus no. 26 pun tiba. Tidak disangka ternyata wujud busnya adalah berupa mini van ber-AC warna putih ini dengan kapasitas sekitar 20-25 kursi serta memiliki langit-langit yang cukup tinggi sehingga 5-7 penumpang yang tidak kebagian kursi masih bisa berdiri. Tidak ada tempat khusus untuk menaruh koper. Penumpang bisa langsung membawa kopernya masuk dan menaruhnya dekat kaki saat duduk atau berdiri, which was totally fine, tapi mungkin akan sedikit rempong kalau bus ini sedang penuh karena ruang geraknya terbatas...
Oh ya, seperti bus umum di negara lain, kalau mau stop ada tombol yang harus ditekan supaya Pak Supir berhenti dan tidak skip halte tempat Anda mau turun. Tombolnya ada di langit-langit berbentuk persegi panjang, dan sepertinya hanya ada di beberapa titik. Jadi ketika Anda naik bus ini, cobalah untuk langsung locate ada dimana letak tombolnya, misalnya dengan mengamati saat ada penumpang lain yang turun dari bus. Jika Anda tidak yakin harus turun dimana, bisa info juga ke Pak Supir supaya nggak kelewatan.
EmoticonEmoticon