Pada tanggal 5-8 Desember 2013 (Kamis sampai Minggu) yang lalu, layar kaca TV maupun halaman situs berita nasional Indo kerap menayangkan berita tentang Pagelaran Agung Keraton se-Dunia (alias World Royal Heritage Festival) di Jakarta yang digadang-gadang menghadirkan puluhan raja dari berbagai pulau di Indonesia serta perwakilan keraton dari 11 negara tetangga. Karena penasaran dan lagi kurang kerjaan, saya pun melangkahkan kedua kaki saya beserta dengan kuku-kukunya ke Monas pada hari Minggu yang panas itu (banget), hari terakhir acara ini digelar.
Weits, pas sekali saya nggak salah pilih hari, karena ternyata hari itu duo ciamik Oom Jokowi-Ahok menjadi salah satu peserta kirab budaya naik kereta kencana keliling Monas dan jalan di sekitarnya bersama para anggota kerajaan peserta Pagelaran ini. Woohoo! *fangirling mode on*
Karena saya tidak tahu hari itu arak budaya akan dimulai pk. 15.00, saya yang pergi bareng Mama datang sedikit kepagian (yakni pk 12.00) dan kami pun menghabiskan waktu dengan mengitari area sekitar Monas. Ternyata tidak banyak yang bisa dilakukan karena hari itu kelihatannya "dikhususkan" untuk arak budaya. Beberapa sudut pameran seperti "Festival Kuliner" yang ditopang oleh tiang-tiang silinder khas bangunan Eropa nyaris tidak dihuni oleh pedagang kuliner dan hanya dipenuhi oleh pengunjung yang sekedar ingin duduk bersila sembari menunggu waktu berlalu. Oohlala, ternyata berbagai aktivitas budaya ini telah dilaksanakan di hari-hari sebelumnya sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
FYI, beberapa aktivitas budaya yang sudah diadakan di sini itu (dan hiks, sudah tidak diadakan saat saya berkunjung) antara lain berupa Festival Kuliner (demo masak kuliner yang melibatkan penata boga dan 20 jenis tumpeng dari aneka Kerajaan dan Lembaga Adat dari berbagai provinsi se-Nusantara), Panggung Pagelaran Seni Budaya (pagelaran sendratari dan atraksi seni lainnya dalam bentuk kolosal yang melibatkan 750 seniman, dimana ditampilkan tari-tarian dari Riau, Jabar, Jakarta, Jateng, Bali, Kalut, dan Sumbar), serta Workshop (demo pembuatan Keris, Gamelan, dan Wayang oleh Kandjeng Atmo, pembuatan Batik oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia, pembuatan Jamu oleh Dr. Hj. BRA Mooryati Soedibyo, serta diskusi interaktif dengan peserta 500 orang).
Jadi.. untuk hari itu, instead of Festival Kuliner, yang ada adalah pedagang kaki lima yang menjual makanan tradisional seperti kerupuk mie warna kuning yang dimakan dengan lumuran saus kacang (saya beli satu dengan harga Rp 3.000 sebuahnya), tahu gejrot, penjual es teh yang rasa biang gulanya ketara banget, dan pedagang lainnya seperti penjual kaos dan oleh-oleh khas Monas dan Jakarta.
Naaah untungnya masih ada pameran Kereta Keraton yang sedang parkir menunggu kirab budaya dimulai. Aneka bentuk kereta beserta dengan kudanya yang sudah didandanin menjadi tontonan menarik bagi pengunjung yang datang, misalnya ada kereta yang dipenuhi bunga dan ada kereta yang nggak beratap. Ada kereta yang ngejreng banget: bernuansa merah emas dan bentuknya kotak. Nggak sedikit juga pengunjung yang numpang pose bareng mereka sambil standby dengan device masing-masing >> buat update status neeh pasti...
Selain khalayak ramai, Monas hari itu juga dipenuhi mobil dan staff media yang sibuk membuat laporan langsung maupun tidak langsung mengenai acara tersebut. Semua media besar ada di sana deeh. Ada yang meliput dari atas mobil, melakukan wawancara di depan kereta keraton, dan bahkan mengambil gambar dari langit dengan memakaidrone - yakni kamera yang di-attach pada mesin yang bisa terbang dan mungkin dikendalikan dengan remote control gitu (biar ukurannya kecil tapi bunyi kipasnya kedengaran kenceng lhoo).
Sekitar jam 1 siang, sementara para peserta Keraton menunggu acara dimulai, panitia mulai menata barisan pengunjung. Abang None mulai bermunculan untuk kemudian berkumpul di titik start dimana kirab akan dimulai. Pengunjung diminta untuk berdiri di belakang tali kuning dan mengosongkan area jalan sebagai tempat anggota Keraton berjalan nantinya. Demi bisa berdiri di barisan terdepan, saya pun sudah ikut mengantri dari sejak jam 1 siang. Alamak, pegal kali berdiri selama 2 jam ++. Maklumlah, acaranya masih jam 3 (dan ternyata ngaret lama pula mulainya). Tapi mana berani aku nyerah, malu soalnya sama beberapa pasang kakek nenek yang masih kuat berdiri sejak siang tadi.
Barisan Dishub dan Satpol PP juga terlihat hadir untuk mengamankan dan memperlancar jalannya acara. Di samping mereka berdiri kumpulan fotografer yang berjejal sesak di atas panggung yang disediakan menunggu acara dimulai. Sesekali tampak anggota keraton dari arah sebaliknya yang bergegas menuju barisan keraton masing-masing.
Suasana mendadak riuh karena mobil Pak Jokowi dan Ahok tiba di lokasi dengan jendela yang dibuka. Pengunjung bersorak senang. Suasananya langsung semarak. Duo Jokohok memang punya charm tersendiri. Saya yang ada di baris paling depan pun bergegas menyiapkan kamera di tangan. Mereka menaiki mobil yang sama, Pak Ahok menghadap ke sisi yang berlawanan dari saya, sedangkan Pak Jokowi langsung menghadap saya. Yes! Tapiiii... waktu mobil Pak Jokowi lewat di depan saya, Beliau tersenyum lebar sekali sambil melambaikan tangan kepada saya (*ceritanya ge-er*). Saya pun spontan melambaikan tangan kepada Beliau sambil tersenyum dan menyapa Beliau. Siapa yang nggak luluh coba melihat idolanya live persis di depan mata begini. Aarrggh.. Tahu-tahu mobilnya sudah lewat. Yaaaah.. lupa deh ngambil foto Beliau padahal posisi udah oke banget.
Singkat cerita acara dimulai. Pak Jokowi sempat memberi kata sambutan. Kemudian saat arak-arakannya jalan, mulailah lewat sejumlah delegasi. Giliran Pak Jokowi-Ahok bukan yang pertama, tapi termasuk yang cukup awal. Keduanya menaiki kereta cantik seperti gambar di atas. Di bagian atapnya ada patung mahkota yang dikelilingi oleh makhluk keemasan yang mirip seperti campuran pegasus dan naga. Warna Kereta Kencana ini senada dengan baju yang dikenakan kedua pemimpin Jakarta ini dan beliau berdua tampak serasi duduk berdampingan. Masyarakat dan staff media langsung tumpah ruah dan menembus tali pembatas ketika giliran Jokohok tiba. Semuanya langsung serbuuu.. pada berebut ingin mengambil foto gitu. Hoho..
Saya pun tahu-tahu sudah nggak di depan lagi dan nggak dapat posisi bagus lagi buat ngambil foto, T.T (haduuuhh.. pelajaran buat lain kali kalau ada acara beginian harus siap mental di barisan depan, hahaha..). Tak lama setelah mereka lewat di depan saya, hujan turun. Sebagian penonton bubar jalan setelah Jokohok lewat, tapi nggak sedikit kok penonton yang masih menyaksikkan dan mengambil foto anggota Keraton lain melakukan arak-arakan keliling (kirab ini dilakukan sampai ke jalanan di luar Monas lhooo), meski antusiasme mereka tidak setinggi saat Jokohok lewat. Bayangin ajaa, pas pulang rumah naik taksi, tukang taksinya juga ngomongin (memuji-muji) kedua petinggi Jakarta ini.
Hari yang menyenangkan, tapi acaranya kurang banyak di hari terakhir tersebut (bingung sampai ke sana mau ngapain lagi selain ngelihat Kereta Kencana). Ketika peserta yang diarak lewat, berharap ada guide yang bisa menjelaskan lebih detil mengenai profile dari kerajaan itu, seperti apa budayanya, dan hal-hal menarik apa yang berkaitan dengan masing-masing kerajaan tersebut (kayaknya penjelasannya hanya hanya di tempat start, jadi di posisi lain samsek nggak kedengaran). Semoga di lain kesempatan acara seperti ini boleh digelar lagi dengan jadwal yang lebih tepat waktu dan konten acara yang lebih inovatif, variatif, dan informatif. Way to go, Indonesia!
EmoticonEmoticon