Setidaknya ada tiga area yang dikenal sebagai "Kampung Korea"-nya Sydney, yaitu Strathfield, Eastwood dan Campsie. Karena diajak kakak untuk mampir ke Eastwood dan makan dengan teman-temannya sepulang ngantor, saya yang adalah fans drama Korea langsung mengiyakan, sekalian pengen nostalgia masa-masa dulu ikut pertukaran pelajar ke Korea. Ini adalah #latepost #throwbackMar2015.
Selamat datang di Eastwood. Memang ya, enak'e tinggal di negara maju itu, transportasi umumnya sudah established. Dengan mudahnya saya bisa sampai di Eastwood dengan menunggangi kereta, meski perginya sendirian dan baru pertama kali pula coba naik kereta di Sydney.
Sambil menunggu kakak dan teman-temannya datang, keliling dulu ah, sebentar. Wuaah, di sini bangunannya pendek-pendek. Langitnya langsung kelihatan membentang gitu di depan mata. Areanya juga cukup sepi. Ada beberapa bangku juga di atas trotoar, jadi bisa duduk dan menikmati suasana syahduh ini yang kalau di Jakarta langka banget nih.
Ada deretan ruko yang semuanya punya label ganda (dalam bahasa Inggris dan Korea), misalnya ada toko daging, optik, resto BBQ, toko perlengkapan rumah tangga...
... juga salon, kredit mobil, toko buku, klinik, dan banyak lainnya.
Banyak juga supermarket ukuran sedang gitu yang menjual aneka produk impor Korea. Waktu saya masuk ke sejumlah toko, kebanyakan para penjual dan pembelinya juga sedang mengobrol dalam bahasa Korea. Jadi berasa ada di Korea gitu. Wah, wahh... ada Bungoppang (roti bentuk ikan isi pasta kacang merah) dan Danmuji (acar lobak kuning) kesukaan saya!
Dan karena Korea sangat terkenal dengan ginsengnya, ada pula toko yang spesial menjual ginseng Korea.
Yang juga menarik yaitu adanya jasa pemakaman bernama "White Lady Funerals" dengan tagline "a woman's understanding", membuat saya bertanya-tanya dalam hati apakah segmen yang disasar adalah wanita, atau penyedia jasanya terdiri dari wanita semuanya, atau hanya sekedar namanya saja yang unik. Dan jika memang service-nya berfokus di segmen wanita, saya agak penasaran sih dengan alasan, diferensiasi layanan, dan pangsa pasarnya dibandingkan jasa pemakaman pada umumnya.
Yang nggak kalah unik yaitu adanya kotak mirip tempat sampah ini, yang ternyata adalah kotak sumbangan untuk para penduduk bisa menyumbangkan pakaian, sepatu, aksesoris dan aneka manchester (perlengkapan kasur, handuk, dan sejenisnya - heh, baru tahu kalau manchester itu kata dalam bahasa Inggris) yang masih bersih dan layak pakai untuk orang-orang muda Aussie yang membutuhkan. Operatornya adalah The Smith Family (cek situs mereka untuk tahu program charity mereka lebih lanjut).
Akhirnya kakak saya dan teman-temannya sampai juga. Tujuan ke sini sebenarnya mau dinner bareng di Jeans BBQ Chilli Chicken. Saya nggak 'ngeh kalau ternyata di Jakarta juga ada loh resto Korea ini.
Dari sejumlah menu yang kami pesan, salah satu menu yang layak di-highlight adalah rice ball! Bisa minta dibuatin pelayannya, bisa buat sendiri juga. Kalau nggak salah buat sendiri lebih murah loh. Jadi kami diberikan sebaskom nasi yang sudah dibumbui, daging ayam yang sudah dipotong kecil-kecil, dan seaweed yang jodoh banget sama nasi.
Dengan memakai sarung tangan, bahan-bahan tersebut kami campur hingga rata dan dibentuk bulat-bulat menjadi bola-bola nasi yang nikmat. Nyam nyam nyam...
Sebelum pulang teman-teman Kakak ngajakin kami ke supermarket, jadilah saya masuk ke supermarket lagi. Aaah, beli es krim ah. Es krim korea 'kan antik-antik gitu. Saya pun membeli es semangka, yang bentuknya memang mirip potongan semangka, tapi rasanya lebih mirip stroberi. Yang jadi biji semangkanya adalah chocochips. Kreatif, deh. Tapi serius, ini rasanya wuenak.
Oh ya, saya juga nemu sabun batangan ini looh, wanginya seperti ginseng, enaaak deh! Karena kasta belum nyampe untuk beli ginseng beneran, beli versi sabunnya aja aaah buat cuci tangan di asrama. Wkwk... Jadi inget masa kecil, setiap hari dikejar-kejar oma untuk minum ginseng. Aaah, ♥(´⌣`ʃƪ) aroma dan rasa ginseng memang nikmat.
EmoticonEmoticon