#recycledpost #throwbackJul2015
Ho-re. Jalanan Jakarta kosong. Momen kemerdekaan yang cuma kejadian setahun dua kali. Kemana donggg, enaknya? Oh ya!! Belakangan 'kan lagi trend tuh... foto pre-wed di kawasan hutan Mangrove Jakarta. Jadi penasaran pengen lihat tempatnya. Daripada nyengar-nyengir dodol di Pulau Kapuk, mending stretching otot di Pantai Indah Kapuk. Cabuttt mang!
Harga tiket masuk Hutan Mangrove Rp 25.000 untuk turis lokal (Rp 20.000 untuk paket rekreasi dan Rp 5.000 untuk karcis masuk pengunjung), sedangkan biaya parkir mobil sebesar Rp 10.000 per unit. Adapun untuk turis mancanegara, ajubile harga tiketnya 10x lipat, yakni Rp 250.000 per orang. Sedangkan pengunjung yang membawa motor dikenakan Rp 5.000 per unit, dan khusus bus sebesar Rp 50.000 per unit.
Menjelang pintu masuk setelah parkir mobil, akan ada petugas yang memeriksa tiket masuk. Jangan lupa untuk minta lagi ya. Tiket kami diambil saat diperiksa dan sayangnya kami lupa minta lagi. Bukannya mau berburuk sangka, tapi takutnya dijual lagi itu tiketnya sama yang tugas, soalnya bagian tanggalnya nggak diisi, jadi masih bisa dipake ulang.
Petugas mengatakan bahwa kamera yang diperbolehkan hanya handphone. Memang tampak ada petunjuk yang menjelaskan larangan membawa kamera selain kamera handphone dan tab (jika ingin membawa kamera lain dikenakan biaya Rp 1 Juta), serta juga dilarang membawa makanan dan minuman dari luar kawasan, maupun binatang peliharaan. Sebagaimana tertulis, barang siapa yang ketahuan melanggar akan dikenakan denda 2 kali lipat (dimana nggak ditulis berapa angka dendanya).
Menyusuri bagian awal taman wisata ini, di kiri kanan jalan nampak beberapa pepohonan (ada beberapa jenis pohon bakau, pohon api-api, dsb) yang dilengkapi dengan profile tanaman (isinya seputar garis besar tanaman secara singkat, serta karakteristik dari daun, bunga dan buah, kulit batang, maupun akar tanaman tersebut). Nggak banyak sih, hanya 1-2 yang ada papan infonya.
Ada section yang bertuliskan "Jalur Sepeda" meski saya tidak ke sana karena dari luar nggak terlihat menarik. Berjalan lebih jauh sedikit, maka Anda akan menemukan sebuah kandang monyet (kasian tapi, monyetnya ngejomblo alias sendirian gitu, somehow felt so sorry for her ~) dan sebuah area kecil yang supposedly adalah "Lokasi Pengamatan Burung", sebagaimana tertulis pada papan petunjuk dekat situ, tapi not sure itu ada isinya atau nggak.
Di seberang kandang monyet, ada jalan setapak yang di salah satu sisinya menjajakan villa-villa kayu yang disewakan oleh pengelola. Woh, ternyata bisa sewa vila di sini. Dan nampaknya ada beberapa lokasi, jadi bukan hanya di sebelah sini saja. Ada lokasi dengan pemandangan yang lebih bagus gitu. Tidak jauh dari Villa juga terdapat sejumlah rumah makan dan area duduk yang luas, baik yang outdoor maupun indoor.
Pada brosur yang tersedia, tertera berbagai tipe villa dan harganya, yakni sebagai berikut:
1. Villa Pondok Alam Rhizophora 1, 2, & 3 dengan biaya Rp 1,3 Juta per malam. Fasilitas: 2 kamar tidur, 1 kamar mandi shower, ruangan AC, dan makan pagi (4 orang)
2. Villa Pondok Alam Avicennia dengan biaya Rp 1,5 Juta per malam. Fasilitas: 2 kamar tidur, 1 kamar mandishower, ruangan AC, dan makan pagi (4 orang)
3. Villa Pondok Alam Egreta 1, 2, 3 & 4 dengan biayaRp 3 Juta per malam. Fasilitas: 3 kamar tidur, 3 kamar mandi shower, ruangan AC, dan makan pagi (6 orang)
4. Villa Honeymoon Cottage dengan biaya Rp 5 Jutaper malam. Fasilitas: ruangan AC dan makan pagi (2 orang).
5. Villa Pondok Alam Bertingkat Rhizopora 4 & 5dengan biaya Rp 5 Juta per malam. Fasilitas: ruangan AC, satu kamar di atas, meeting room di bawah 10-15 orang.
6. Villa Pondok Alam Rhizopora 6 & 7 (Rumah Betang) dengan biaya Rp 6 Juta per malam. Fasilitas: 10 kamar, ruang dapat di bawah, ruangan kamar AC.
Tempat ini juga menjual pupuk organik. Selain berkutat dengan pohon bakau, taman wisata ini nampaknya juga meneliti sejumlah tanaman lainnya, misalnya ada pohon markisa yang diberi label sebagai tanaman percobaan organik.
Jalan sedikit lagi, lalu belok kiri. Ada jembatan gantung gitu. Yang saya temukan ada dua unit: satu pendek sekali seperti pada gambar, dan satu lagi lebih panjang di dekat tempat naik perahu. Yaa kalau niat sih, paling asal foto aja di atas jembatan yang pendek, soalnya kalau buat outbond juga nggak terlalu berasa. Tapi kalau yang jembatan gantung yang panjang nggak sempat lewatin. Jadi not really sure. Hoho... Tidak jauh dari sini juga ada beberapa bak yang dari kejauhan mirip tambak ikan ...kan? Nggak ngecek, sih.
Alternatif penginapan lainnya yang ada di sini adalah bangunan segitiga yang bentuknya mirip atap rumah ini. Namanya Rumah Tenda dengan fasilitas kamar untuk 2 orang, kamar mandi di luar dan makan pagi. Luas bangunan 9 meter persegi. Harganya juga dibedain nih. Yang terletak di atas Camping Ground dipatok Rp 300ribu per malam (tanpa AC), ada juga yang terletak di atas air dengan biaya Rp 450ribu per malam (tanpa AC) atau Rp 600ribu per malam (dengan AC).
Naah... seperti inilah area perkemahan yang terletak di atas air. Di depannya terdapat area konservasi bakau. Di sini adalah spot foto yang cantik! Dan wah... banyak papan nama penyumbang tanaman tersebut di sini. Saya melihat sejumlah nama perusahaan, sekolah, maupun perorangan. Ternyata memang ada paketnya loh. Untuk "Penanaman Mangrove" dikenakan Rp 150ribu per orang, sedangkan untuk "Penanaman Nostalgia" dikenakan Rp 500ribu per orang dengan fasilitas satu pohon bibit mangrove dan papan nama.
Baik jalanan di depan tenda-tenda kayu tersebut, maupun jalanan akses menuju ke sana, keduanya terbuat dari batang-batang kayu ini. Jadi jalannya jeglak jeglok gitu, berasa kayak lagi pakai sendal kesehatan. Well - buat nambahin "rasa" alam, idenya bolehlah. Selain itu, antar batang kayu mungkin ada sedikit celah, sehingga hati-hatilah saat memegang handphone, takutnya kelepas terus terjun bebas ke kolong/air.
Karena jalanan batang kayu ini dikelilingi air ditambah lagi medannya yang nggak rata, perlu ekstra hati-hati nih kalau bawa anak kecil, harus digendong supaya mereka nggak jatuh atau kecebur. Dipikir-pikir bisa cukup sulit awasin mereka kalau tipikalnya hobi lari-lari.
Lanjut kita ke dermaga! Wuaah ini adalah spot itu! Spot yang sering saya lihat di sosmed dipake untuk foto pre-wed. Letaknya ada di sebelah loket tiket untuk menyewa perahu. Ngomong-ngomong soal foto, di brosur saya juga melihat ada tiga paket foto yang ditawarkan taman wisata ini:
(1) Foto Pra Wedding seharga Rp 1 Juta dengan ketentuan max crew 7 orang dengan fasilitas semua lokasi outdoor TWA Angke Kapuk dan 1 unit Camping Ground untuk ruang ganti;
(2) Foto Pribadi seharaga Rp 1 Juta dengan ketentuan max 7 orang, dan fasilitas semua lokasi outdoor TWA Angke Kapuk. Adapan foto pribadi dengan menggunakan kamera & model profesional dihitung sebagai foto model;
(3) Foto Model seharga Rp 1 Juta dengan ketentuan crew 7 orang (termasuk model) dan fasilitas semua lokasi outdoor TWA Angke Kapuk dimana untuk setiap tambahan orang crew dikenakan biaya Rp 100ribu.
== Selain itu apabila Anda ingin melakukan shooting Video Clip dikenakan biaya Rp 4 Juta per hari; sedangkan shooting sinetron, film, dll dikenakan biaya Rp 5 Juta per hari.
Wuaah... kalau yang ini seru banget. Saya bareng dede dan mama mengitari perairan di tempat ini dengan perahu untuk lihat pemandangan yang ada. Sekilas konsepnya mirip Green Canyon di Pangandaran, tapi jelas nggak tepat untuk membandingkan keduanya karena taman ini adalah tempat wisata air buatan, sedangkan area Green Canyon jauh lebih luas dan alami. Ada beberapa tipe perahu nih guys: perahu Boat motor isi 8 orang (Rp 400ribu), perahu Boat motor isi 6 orang (Rp 300ribu), perahu dayung (Rp 100 ribu per 45 menit), serta perahu kano (Rp 100 ribu per 45 menit).
Setelah senang-senang, saatnya pulang! Oh ya, sebetulnya di beberapa bagian taman juga dapat ditemukan tempat duduk dari kayu dengan aneka bentuk yang menarik. Sepasang kursi di gambar kiri bawah, misalnya, letaknya persis menghadap ke "sungai" dan berada di depan salah satu deretan si tenda atap kayu - dari depan atau belakang bisa capture foto yang bagus. And guess what, ketika saya pulang, di depan kandang monyet tiba-tiba nongol biawak besar nyeberang jalan. Wuah!! #noraknorak. Sepertinya tempat ini sudah jadi area yang nyaman untuk sejumlah binatang.
Tempat ini juga menjual pupuk organik. Selain berkutat dengan pohon bakau, taman wisata ini nampaknya juga meneliti sejumlah tanaman lainnya, misalnya ada pohon markisa yang diberi label sebagai tanaman percobaan organik.
Jalan sedikit lagi, lalu belok kiri. Ada jembatan gantung gitu. Yang saya temukan ada dua unit: satu pendek sekali seperti pada gambar, dan satu lagi lebih panjang di dekat tempat naik perahu. Yaa kalau niat sih, paling asal foto aja di atas jembatan yang pendek, soalnya kalau buat outbond juga nggak terlalu berasa. Tapi kalau yang jembatan gantung yang panjang nggak sempat lewatin. Jadi not really sure. Hoho... Tidak jauh dari sini juga ada beberapa bak yang dari kejauhan mirip tambak ikan ...kan? Nggak ngecek, sih.
Alternatif penginapan lainnya yang ada di sini adalah bangunan segitiga yang bentuknya mirip atap rumah ini. Namanya Rumah Tenda dengan fasilitas kamar untuk 2 orang, kamar mandi di luar dan makan pagi. Luas bangunan 9 meter persegi. Harganya juga dibedain nih. Yang terletak di atas Camping Ground dipatok Rp 300ribu per malam (tanpa AC), ada juga yang terletak di atas air dengan biaya Rp 450ribu per malam (tanpa AC) atau Rp 600ribu per malam (dengan AC).
Naah... seperti inilah area perkemahan yang terletak di atas air. Di depannya terdapat area konservasi bakau. Di sini adalah spot foto yang cantik! Dan wah... banyak papan nama penyumbang tanaman tersebut di sini. Saya melihat sejumlah nama perusahaan, sekolah, maupun perorangan. Ternyata memang ada paketnya loh. Untuk "Penanaman Mangrove" dikenakan Rp 150ribu per orang, sedangkan untuk "Penanaman Nostalgia" dikenakan Rp 500ribu per orang dengan fasilitas satu pohon bibit mangrove dan papan nama.
Baik jalanan di depan tenda-tenda kayu tersebut, maupun jalanan akses menuju ke sana, keduanya terbuat dari batang-batang kayu ini. Jadi jalannya jeglak jeglok gitu, berasa kayak lagi pakai sendal kesehatan. Well - buat nambahin "rasa" alam, idenya bolehlah. Selain itu, antar batang kayu mungkin ada sedikit celah, sehingga hati-hatilah saat memegang handphone, takutnya kelepas terus terjun bebas ke kolong/air.
Karena jalanan batang kayu ini dikelilingi air ditambah lagi medannya yang nggak rata, perlu ekstra hati-hati nih kalau bawa anak kecil, harus digendong supaya mereka nggak jatuh atau kecebur. Dipikir-pikir bisa cukup sulit awasin mereka kalau tipikalnya hobi lari-lari.
Lanjut kita ke dermaga! Wuaah ini adalah spot itu! Spot yang sering saya lihat di sosmed dipake untuk foto pre-wed. Letaknya ada di sebelah loket tiket untuk menyewa perahu. Ngomong-ngomong soal foto, di brosur saya juga melihat ada tiga paket foto yang ditawarkan taman wisata ini:
(1) Foto Pra Wedding seharga Rp 1 Juta dengan ketentuan max crew 7 orang dengan fasilitas semua lokasi outdoor TWA Angke Kapuk dan 1 unit Camping Ground untuk ruang ganti;
(2) Foto Pribadi seharaga Rp 1 Juta dengan ketentuan max 7 orang, dan fasilitas semua lokasi outdoor TWA Angke Kapuk. Adapan foto pribadi dengan menggunakan kamera & model profesional dihitung sebagai foto model;
(3) Foto Model seharga Rp 1 Juta dengan ketentuan crew 7 orang (termasuk model) dan fasilitas semua lokasi outdoor TWA Angke Kapuk dimana untuk setiap tambahan orang crew dikenakan biaya Rp 100ribu.
== Selain itu apabila Anda ingin melakukan shooting Video Clip dikenakan biaya Rp 4 Juta per hari; sedangkan shooting sinetron, film, dll dikenakan biaya Rp 5 Juta per hari.
Wuaah... kalau yang ini seru banget. Saya bareng dede dan mama mengitari perairan di tempat ini dengan perahu untuk lihat pemandangan yang ada. Sekilas konsepnya mirip Green Canyon di Pangandaran, tapi jelas nggak tepat untuk membandingkan keduanya karena taman ini adalah tempat wisata air buatan, sedangkan area Green Canyon jauh lebih luas dan alami. Ada beberapa tipe perahu nih guys: perahu Boat motor isi 8 orang (Rp 400ribu), perahu Boat motor isi 6 orang (Rp 300ribu), perahu dayung (Rp 100 ribu per 45 menit), serta perahu kano (Rp 100 ribu per 45 menit).
Setelah senang-senang, saatnya pulang! Oh ya, sebetulnya di beberapa bagian taman juga dapat ditemukan tempat duduk dari kayu dengan aneka bentuk yang menarik. Sepasang kursi di gambar kiri bawah, misalnya, letaknya persis menghadap ke "sungai" dan berada di depan salah satu deretan si tenda atap kayu - dari depan atau belakang bisa capture foto yang bagus. And guess what, ketika saya pulang, di depan kandang monyet tiba-tiba nongol biawak besar nyeberang jalan. Wuah!! #noraknorak. Sepertinya tempat ini sudah jadi area yang nyaman untuk sejumlah binatang.
ALOHA...!! KEMANA LAGI YA DI JABODETABEK? SIMAK ULASAN BERBAGAI PILIHAN TEMPAT WISATA DI JABODETABEK DI DAFTAR ISI JELAJAH JABODETABEK!
EmoticonEmoticon