19/09/2015

Jelajah Kuala Lumpur #5 - Menghabiskan Minggu Pagi di Bukit Bintang

#recycledpost #throwbackSept2013

Selamat hari Minggu pagiii...! Meski sedang jalan-jalan, satu yang nggak boleh terlewat: ke gereja! Sekalian mau tahu juga sihh seperti apa ibadah dan gereja di Kuala Lumpur. Setelah turun dari monorail di Bukit Bintang Station, saya dan keluarga pun berjalan santai sambil mencari letak Kuala Lumpur Baptist Church (KLBC) dengan petunjuk Google Maps dan memori samar-samar adik saya yang pernah ke sana sebelumnya.



Meski hari masih pagi, di kiri kanan jalan sudah tampak deretan mobil dan taksi yang sedang parkir. Ha, di pinggir jalan tiba-tiba melihat patung seukuran manusia yang mengenakan seragam perbaikan jalan: baju kuning dan celana hitam garis-garis lengkap dengan helmet dan pelindung mata. Tangannya adalah robot alias bisa gerak otomatis, dimana si patung ini kerap melambai-lambaikan bendera oranye sebagai tanda sedang ada "road construction". Yep! Memang betul, ternyata di daerah ini sedang ada pembangunan MRT (mass rapid train). Di sini terlihat deretan sejumlah alat berat raksasa yang bersama-sama sedang menunaikan tugasnya.



Tidak sulit menemukan gereja Gereja Baptist KL ini karena letaknya yang ada di huk dan bangunannya yang cukup tinggi. Kerennya nih, ada berbagai bahasa yang digunakan dalam Ibadah hari Minggu, yakni Bahasa Inggris (09:30), Bahasa Kanton (11:15), Bahasa Myanmar (13:30), Bahasa Mandarin (14:00), Bahasa Filipino (14:00) serta masih ada sejumlah bahasa lainnya seperti Korea dan Mizo di cabang-cabang lainnya dari gereja ini. Kami memutuskan untuk mengikuti ibadah berbahasa Inggris dan karena kami datang sebelum ibadah dimulai, saya jadi punya kesempatan untuk sedikit mengamati ruang Ibadah gereja ini. Dari warta yang dibagikan, saya mengetahui bahwa ibadah Bahasa Inggris ini dihadiri oleh 455 orang pada minggu yang sebelumnya.

Kursi jemaat dilapisi jok kulit berwarna coklat dan otomatis terlipat jika tidak ada yang duduk di atasnya, mirip seperti yang ada di bioskop. Saya pikir penggunaan kursi semacam ini sangat tepat karena bisa memaksimalkan kapasitas ruangan dan tidak perlu dirapikan setiap sebelum dan sesudah ibadah karena posisinya yang tertanam permanen. Pandangan ke panggung tidak terhalang meski ada dua lantai dalam ruangan (jadi tidak perlu TV LCD tambahan). Slide ibadah diproyeksikan ke tembok putih di tengah namun saya kira tetap terbaca jelas dari segala sisi, which imo is another clever idea, karena kalau begini tidak perlu beli dua proyektor serta tidak perlu beli layar sama sekali. Kami juga disambut dengan ramah dan diajak ngobrol oleh salah seorang pelayan gereja. Sangat menghargai wanita tersebut karena ketulusannya ketika menyapa kami bisa saya rasakan.


Sehabis ibadah kami menuju Loong Kee yang letaknya sangat dekat dari KLBC untuk membeli titipan salah seorang teman saya. Loong Kee ini adalah tempat jual dendeng kiloan, sosis, cookies dan aneka snack ringan seperti dried octopus atau fish snack. Rasanya dendengnya enak jugaaa... Dan asiknya nih, pas saya datang lagi ada promo untuk sejumlah produknya, termasuk buy 1 get 1 free untuk mooncake yang dikemas dalam kotak yang keren.


Menjelang siang, kami putuskan untuk makan siang dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Batu Caves. Setelah clingak clinguk ke kiri dan kanan, ketemulah sebuah resto bernama Dragon View Restaurant yang tampak cukup ramai. Kami pun memesan paket bebek panggang, ayam, dan babi merah yang rasanya nikmat betul (worth coming back deh pokoknya! Aakh.. jadi ngilerrr kalo inget taste-nya...ηœŸδΈι”™!!). Isi dagingnya banyak dan cukup untuk dimakan 4-5 orang. Harganya pun terjangkau. Cukup tambah pesan nasi dan teh hangat untuk melengkapi santap siang yang mengenyangkan dan menyenangkan ini.


EmoticonEmoticon