Hari Rabu, tanggal 7 Oktober 2015 yang lalu, saya menyempatkan diri menghadiri acara wisuda salah satu kerabat saya yang berkuliah di Universitas Terbuka (UT). Kalau Anda tahu, uni ini terkenal dengan konsep self-learning-nya, dimana sejumlah mata kuliah memberi kelonggaran bagi mahasiswa untuk belajar sendiri dari bahan yang tersedia di Tuton (Tutorial Online) tanpa ada kelas fisik yang perlu dihadiri. Jadi waktunya sangat fleksibel karena mahasiswa bisa belajar online sendiri dan cukup hadir saat ujian saja. Tapi nggak semua matkul loh. Ada juga matkul tertentu yang memiliki jadwal kelas tatap muka.
Menarik karena sebetulnya perkuliahan ini kerabat saya ambil berbarengan dengan kuliahnya di universitas swasta lain yang ternama, sehingga ketika teman-temannya lulus dengan satu gelar saja, kerabat saya ini justru jadi punya dua gelar sarjana dari dua universitas berbeda. Selain biayanya lebih murah (mengingat biaya kuliah UT sangat terjangkau), periode belajarnya pun jadi lebih singkat dibanding kalau Anda sengaja mengambil gelar ganda di satu universitas yang sama. Yaa.. itung-itung naikin nilai jual. Punya 2 gelar bikin CV calon karyawan jadi sedikit terlihat lebih bagus, serta bikin kartu nama pengusaha atau freelancer profesional jadi lebih terlihat credible.
Karena UT punya konsep perkuliahan yang unik, saya jadi penasaran seperti apa suasana dan isi acara wisudanya. Akhirnya langsung mengiyakan waktu diajak kerabat saya ikut acara wisudanya :)
Upacara Penyerahan Ijazah (UPI) ini diadakan hari Rabu pagi, 7 Okt 2015 di Padepokan Pencak Silat TMII untuk Program Sarjana Pendas/Non Pendas yang katanya diselenggarakan untuk memenuhi keinginan mereka yang tidak bisa wisuda di Pondok Cabe. Jika saya nggak salah, total ada 656 orang peserta, di antaranya ada S1 FMIPA 1 orang (heh, satu orang), S1 Fekon 117 orang, S1 FISIP 88 orang, S1 FKIP 449 orang, dll.
Wisudawan/wisudawati diminta berbaris sesuai abjad sebelum memasuki ruangan dalam keadaan sudah rapi (memakai toga dan topi wisuda yang sudah dibawa pulang sebelumnya, pakaian formal, serta dandanan seperlunya). Usia mereka tampak cukup beragam. Ada yang masih muda, namun tidak sedikit yang tampak sudah senior.
Seperti biasa banyak PKL dadakan yang menjual aneka benda khas wisuda, seperti bunga dan boneka. Ada juga yang jual makanan dan barang-barang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan wisuda. Banyak juga keluarga yang bawa tikar dan gelar tikar di halaman samping tenda tempat keluarga menunggu saat prosesi wisuda dimulai. Jadi mirip terminal. Heh.
Ada photobooth on-the-spot yang menyediakan jasa pemotretan dengan backdrop perpustakaan yang dicetak dengan label acara wisuda tersebut pada bagian bawah foto. Foto dikirim ke rumah sekitar 2 minggu-an setelah pemotretan dilakukan. Sempat was-was karena tidak ada alamat studio yang bisa dikunjungi (takut-takut foto nggak sampai), dimana hanya ada nomor hp tim panitia.
Tapi syukurlah, kata kerabat saya, fotonya sudah sampai ke rumahnya dengan kualitas foto (gambar, tinta, maupun kertas) yang tidak mengecewakan. Paket foto wisuda seharga 200ribu (3x foto 10R, 1 DVD Video Liputan), 100ribu (1x foto 10R, 1 DVD Video Liputan), 70ribu (1x foto 10R) dan 50ribu (DVD Acara Wisuda).
Sementara wisudawan masuk ke dalam ruangan untuk mengikuti prosesi, keluarga menunggu di tenda yang telah disediakan. Ada konsumsi juga. Terdapat TV yang layarnya terlalu kecil sih menurut saya untuk menyaksikan prosesi wisuda dari luar ruangan. Lucunya, ketika acara wisuda akan dimulai, MC menghimbau agar tidak ada lagi wisudawan dan wisudawati yang melakukan selfie. Haha. Memang yah jaman sekarang... Banyak keluarga yang hadir mengenakan pakaian sangat rapi, beberapa bahkan pakaiannya seragam (bapak, ibu, anak). Jadi inget suasana lebaran.
Saat acara berlangsung dibacakan juga wisudawan yang meraih IPK terbaik, yaitu seorang wanita dari jurusan sastra Inggris bidang minat penerjemahan. Paduan suara menyanyikan banyak lagu sepanjang acara. Padusnya bagus loh suaranya. I enjoyed the performance, meski lagu yang dinyanyikan banyak sekali. Haha.. Cukup meninggalkan kesan meski acara telah berakhir. Cuma lucu aja nggak ada namanya... Jadi setiap MC baca hanya bilang, "Mari kita sambut... Paduan Suara." Kalau boleh nebak, mungkin itu kumpulan penyanyi solo yang dijadikan satu untuk isi acara ini.
Ada beberapa kata sambutan yang disampaikan, namun yang paling menarik dan berisi menurut saya disampaikan oleh Wakil Kepala Dinas Pendidikan Jakarta (maaf Pak, namanya lupa :)). Beliau mengatakan bahwa pada tahun 2017 akan ada sekolah yang dijadikan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) oleh Pak Ahok. Sekolah-sekolah nantinya dapat diisi oleh guru maupun kepala sekolah dari swasta dimana mereka bisa dikontrak dan dibayar mahal, yang penting target tercapai.
Saat ini menurut Beliau ada lebih dari 70% dari total 32ribu guru dan 18ribu tenaga pendidik non-pns yang berusia 51 tahun ke atas. Sudah mau memasuki usia pensiun. Selain itu mengagetkan bahwa uji kompetensi yang dilakukan pada guru-guru di DKI Jakarta di tahun 2012 gitu, rata-rata guru (yaitu 22ribu orang dari 32ribu guru) nilainya adalah 0 sampai 5 (out of 10). Woh. Gimana itu ceritanya. Jadi... akan banyak dibutuhkan guru-guru berkualitas ke depannya. Persaingan akan makin berat jika para guru tidak mau meningkatkan kompetensinya.
Karena itu, Bapak tersebut dengan bijak mengingatkan bahwa ijazah UT yang didapat hari itu harus dipakai untuk meningkatkan kompetensi. Jadi harus dipakai untuk memperlengkapi diri belajar lebih baik lagi. Ia menghimbau semua peserta wisuda agar mau berusaha lebih atau extra miles, yaitu bekerja secara profesional, mau mengerti permasalahan dengan mendalam, serta bekerja keras.
EmoticonEmoticon