Tinggg.. aha! Mendadak inget gitu kalau di halaman pasar ada sebuah monumen peringatan untuk seseorang yang bersejarah bernama John Batman (beliau lahir di tahun 1800). Ternyata Batman sudah ada dari jaman neneknya nenek saya. Eeehh, Batman-nya beda yaak sama Bruce Wayne... #upsie #throwbackApr2015
Wuahh.. ternyata pasar ini memang pasar tradisional. Di salah satu bagian pasar, nampak mereka yang menjual bahan makanan sehari-hari seperti daging, buah, dan sayur. Sedangkan di bagian yang lain, nampak pula pedagang yang menjajakan makanan olahan (misalnya jagung manis), serta pakaian, tas, dan aksesoris. Oh ya, itu mas bule penjualnya ada yang ganteng, bonus lesung pipit pula. Lagi nganggur (baca: single) nggak Masss? #sayanganak #dipilihomdipilihtante
Eikk. Ada pedagang kulit binatang asli loh di sini (winter was coming, by the way). Rada syok gitu waktu saya pertama kali lihat kulit berbulu dengan aneka warnanya itu digantung kayak jemuran di langit-langit. Yang mana gara-gara dipajang begitu, kulitnya nggak mungkin nggak kelihatan, alias jadi eksis to the max, membuat semua mata langsung menoleh (bule-bule lokalnya aja pada nengok, apalagi saya yang hanyalah pendatang).
Wiiihh.. ada antrian panjang yang mengulat dan menggeliat. Pssst, ternyata mobil van putih-biru American Doughnut Kitchen inilah pelakunya. Pelaku yang bikin saya ikutan antri juga setelah melihat banyak orang antri di sisi kirinya. Bukan gue namanya kalo nggak kepo. Wuakakak..! Maka tadaaaa... dapat juga 'kann: donat hangat bertabur gula serta donat hangat isi selai yang rasanya bisa dipilih sendiri dari sejumlah pilihan selai yang ada.
Meski jam makan siang belum tiba, akhirnya kami sepakat untuk lunch dulu karena dikejar waktu untuk balikin mobil rental, sehingga nggak sempat setop-setop lagi pas setir balik ke Sydney. Ternyata ada foodcourt yang modern di sini, dengan harga makanan yang relatif murah jika dibandingkan dengan porsi super gedenya. Dimana saat menuju foodcourt, saya ingat melewati sebuah resto yang sedang mengadakan kelas memasak bagi para kurcaci cilik, alias anak-anak kecil yang terlihat antusias dengan topi chef warna-warninya.
Time to go home, kami pun pulang ke Sydney karena waktu libur sudah selesai. Saatnya kembali ngampus dan ngantor. Daaan.. tahu-tahu langit udah gelap aja saat kami setir balik ke Sydney. Senangnya nemu KFC di tengah jalan ketika perut yang maha-kenyang tadi mulai berevolusi jadi maha-lapar (oh whyyy).
Menariknya, KFC yang kami masuki memiliki nama KFC Krush Bar. Not sure apa bedanya sama KFC yang biasa, but hey I'm not picky kokkk, as long as they serve me food, I'll sit down like the nicest kid in the town, he. Dan dinner ini pun menutup seluruh rangkaian road trip kami ke Melbourne. Thanks gais sudah ngikutin kisah ini and see ya soon di Serial Jelajah berikutnya. :)
EmoticonEmoticon